SIMULASI UKG ONLINE 2012

SIMULASI UKG ONLINE 2012



Ada pemandangan baru di depan kios potocopy dan di dalam ruang warnet. Disana banyak para Guru bak semut mengerumuni gula. Kesibukan pekerja di kios potocopy semakin sibuk melayani para guru tersebut. Di warnet pun demikian, nyaris penuh tanpa bilik yang kosong. Bagi yang kurang mengerti dan masyarakat non pegawai tentu akan bertanya-tanya. Ada apa gerangan?.

Saya mencoba menengok lebih dalam lagi. Satu demi satu roman muka para guru tampak ada sedikit ketegangan. Mungkinkah ada kaitannya dengan pengumuman sertifikasi yang lagi hangat saat ini?. Saya mencoba memberanikan diri untuk bertanya ke salah seorang guru yang lagi nyandar di tembok samping kios  poto copy. Dan terungkap. Benar saja dugaan saya, ternyata mereka tengah disibukan dengan persiapan menghadapi Uji Kompetensi Guru tahun 2012 yang dilaksanakan secara online.

Saya makin penasaran, apa sih UKG itu?. Kebetulan disamping kios Poto Copy ada warnet. Disana juga berjubel para guru yang mencari berbagai informasi mengenai UKG dan pernak-perniknya. Saya cari di si mbah google. Akhirnya sedikitnya saya memahami persoalan tersbut. Malah saya dapat langsung mengetahui simulasi yang akan diujikan pada UKG online walaupun simulasi tersebut bukan langsung dari lembaga terkait. Tapi paling tidak dapat membantu para guru dalam menjalankan aflikasi soal UKG Online tersebut. Tanpa buang-buang waktu, saya posting di blog dan langsung deh bagi yang memerlukan simulasi UKG online dapat dibuka dan dicoba di TKP.

Untuk mendownload simulasi soal UKG Online lengkap dapat diunduh DISINI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


  1. Manajemen Berbasis Sekolah

  1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah), memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah, mendorong partisifasi secara langsung dari warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha), dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Melalui MBS, sekolah efektif dapat dikembangkan secara mandiri karena sekolah diberi kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar (otonomi) untuk mengelola potensi sumberdaya yang dimilki, baik sumberdaya manusia, maupun sumberdaya lainnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, waktu, dan sebagaimnya).

  1. Tujuan Penerapan MBS
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-psinsip tatapengelolaan sekolah yang baik, yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang meliputi input, proses, dan outpu. Kulaitas input sekolah antara lain terdiri atas jumlah guru, modal sekolah, bahan, dan energi. Kuantitas output sekolah antara lain terdiri atas jumlah siswa yang lulus setiap tahunnya.
Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu efisiensi internal dab efisiensi eksternal.
Dengan MBS, sekkolah dapat meningkatkan kemampuannya dalam merencana, mengelola, membiayai, dan menyelenggarakan pendidikan di sekolahnya. Dengan MBS, sekolah juga dapat memanfaatkan dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia dan dapat meningkatkan kepedulian warga sekolah dan warga masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kemampuan yang dimilki.
MBS diterapkan dengan alasan-alasan sebagai berikut:
  1. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, sekolah akan lebih inisiatif an kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah;
  2. Dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, sekolahakan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah;
  3. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya;
  4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khsusnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pensisikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik:
  5. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya;
  6. Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif jika dikontrol oleh masyarakat;
  7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan tranparansi dan akuntabilitas sekolah:
  8. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sinaran mutu pendidikan yang telah direncanakan;
  9. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif yang didukung oleh orangtua siswa, masyarakat sekitar, dan pemerintah daerah setempat; dan
  10. Sekolah dapat segera merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.

  1. Landasan Yuridis Penerapan MBS
Secara yuridis, penerapan MBS dijamin oleh peraturan perundang-undangan berikut:
  1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat (1) “ Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”;
  2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 pada Bab VII tentang Bagian Program Pembangunan Bidang Pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat (school community based management)”;
  3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44 Tahun 2002 tentang Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah;
  4. Kepmendiknas Nomor 087 tahun 2004 tentang Standar Akreditasi sekolah, khususnya tentang menejemen berbasis sekolah; dan
  5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, khususnya standar pengelolaan sekolah, yaitu manajemen berbasis sekolah.

  1. Konsep Dasar
  1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhanm yang diharapkan atai tersirat. Mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala hal yang harus tersedia karena dibutuhkan.
Proses pendidikan merupakan kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitas, efektivitas, produktifitas, efisiensi, inovasi, kualitas kehidupan kerja dan moral kerjanya.

  1. Pola Baru Manajemen Pendidikan Masa Depan

Tabel 4.1
Dimensi-dimensi Perubahan Pola manajemen Pendidikan
Pola Lama
Menuju
Pola Baru
1.      Suboerdinasi
Otonomi
2.      Pengambilan keputusan terpusat
Pengambilan keputusan partisipatif
3.      Ruang gerak kaku
Ruang Gerak Lurus
4.      Pendekatan Birokratik
Pendekatan profesional
5.      Sentralistik
Desentralistik
6.      Diatur
Motivasi diri
7.      Overregulasi
Deregulasi
8.      Mengontrol
Memengaruhi
9.      Mengarahkan
Memfasilitasi
10.  Menghindari risiko
Mengelola resiko
11.  Gunakan uang seluruhnya
Gunakan uang seefisien mungkin
12.  Individual yang cerdas
Teamwork yang cerdas
13.  Informasi dimiliki sendiri
Informasi terbagi
14.  Pendelegasian
Pemberdayaan
15.  Organisasi hierarkis
Organisasi datar

Pada pola baru, sekolah memilki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya. Pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif.

  1. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Esensi MBS = otonomi sekolah + fleksibilitas + partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah. Otonomi dapat diartikan sebagai kemandirian, yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri serta merdeka/tidak tergantung.
Fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah. Peningkatan partisipasi adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratis, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, usahawan, dsb).
Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan dalam program dan keuangan, sedangkan kerjasama adalah adanya sikap perbuatan kebersamaan/kolektif untuk meningkatkan mutu sekolah. Sekolah yang mandiri atau berdaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) tingkat kemandirian tinggi atau tingkat ketergantungan rendah, (2) bersifat adaptif dan antisipatip/proaktif secara sekaligus, (3) memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dan sebagainya), (4) bertanggung jawab terhadap sekolah, (5) memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumberdayanya, (6) memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja, (7) memiliki komitmen yang tinggi terhadap dirinya, dan (8) prestasi merupakan acuan bagi penilaian.

  1. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
  1. Output yang Diharapkan
Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement). Dan output berupa prestasi non akademik (nonacademic achievement). Output prestasi akademik misalnya, NUAN/NUNAS, lomba karya ilmiah remaja, lomba (Bahasa Inggris, Matematika, Fisika), cara berfikir (kritik, kreatif divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan ilmiah) output nonakademik, misalnya akhlak/budi pekerti, dan perilaku sosial yang baik seperti bebas narkoba, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedispilinan, kerajinan, prestasi olah raga, kesenian, dan kepramukaan.


  1. Proses
a.       Proses belajar mengajar dengan efektivitas yang tinggi.
b.      Kepemimpinan sekolah yang kuat.
c.       Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
d.      Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
e.       Sekolah memiliki budaya mutu
f.       Sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas dan dinasmis.
g.      Sekolah memiliki kewwenangan (kemandirian.
h.      Partisifasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat.
i.        Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen
j.        Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (Psikologi dan fisik).
k.      Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
l.        Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
m.    Memilki komunikasi yang baik.
n.      Sekolah memiliki akuntabilitas
o.      Manajemen lingkungan sekolah baik.
p.      Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas.

  1. Input Pendidikan
a.       Memililiki kebijakan, tujuan dan sarana mutu yang jelas.
b.      Sumberdaya tersedia dan siap
c.       Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi
d.      Memiliki harapan prestasi yang tinggi
e.       Fokus pada pelanggan (khususnya siswa)
f.       Infut manajemen.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN  MENGGUNAKAN MEDIA

PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA


BAB I
PENDAHULUAN

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya perencanaan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Agar  proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan Perencanaan pembelajaran secara jelas dan tegas. Oleh karena itu, melalui tulisan yang sederhana ini akan dikemukakan secara singkat tentang apa dan bagaimana merumuskan perencanaan pembelajaran menggunakan media. Dengan harapan dapat memberikan pemahaman kepada para guru dan calon guru agar dapat merumuskan perencanaan pembelajaran secara tegas dan jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya..

            Latar Belakang
Tugas utama seorang guru ialah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau keompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut telah dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningktakan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari perencanan pembelajaran. Perencanan pembelajaran harus dengan sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Dalam proses pendidikan, perencanaan pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dan memainkan peranan yang sangat besar dalam mengidentifikasi keberhasilan suatu program pendidikan. Pada dasarnya perencanaan pembelajaran dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi tentang jarak dan situasi yang ada dan situasi yang diharapkan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Dengan menggunakan data dan informasi yang ada, guru dapat mengambil keputusan tentang kegiatan belajar mengajar selanjutnya.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, penulis menerapkan penggunaan media sebagai sarana dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru / fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.
 
            Tujuan
Salah faktor yang membawa keberhasilan adalah guru senantiasa membuat perencanaan pengajaran sebelumnya. Pada garis besar perencanaan pembelajaran itu bertujuan utnuk mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Secara ideal tujuan perencanaan pembelajaran adalah mengusai sepenuhnya bahan dan materi ajar, metode dan penggunan alat dan perlengkapan pembelajaran, menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola alokasi waktu yang tersedia serta membelajarkan siswa sesuai yang diprogramkan. Tujuan pembelajaran itu memungkinkan guru memilih metode yang sesuai sehingga proses pembeljaran itu mengarah dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Bagi guru setiap pemilihan metode berarti menentukan proses belajar mengajar mana yang dianggap efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Hal ini juga mengarahkan bagaimana guru mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dipilihnya. Dengan demikian betapa pentingnya tujuan itu diperhatikan dan dirumuskan dalam setiap pembelajaran agar pembeljaran itu benar-benar dapat mencapai tujuan sebgaimana yang tertuang dalam kurikulum.
Terdapat juga beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2001) bahwa pada garis besarnya perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai berikut.
  • Memberika guru pemahaman yang elbih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungan dengan pembeljaran untuk mencapai tujuan itu.
  • Membantu guru pemperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap tujuan pendidikan.
  • Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.
  • Membantu guru dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat siswa dan mendorong motivasi siswa.
  • Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantias memberikan bahan-bahan yang update pada siswa.
Maka tujuan yang paling mendasar dari sebuah perencanaan pembejaran adalah sebagai pedoman atau petunjuk guru  serta mengarahkan dan membimbing kegitan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa kepentingan tersebut, tujuan dan manfaat pembelajaran antara lain adalah:
  • Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.
  • Memberikan gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek
  • Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem memberikan pengaruh terhadap pengembangan individu siswa.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa.Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode  untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru, tetapi memungkin berinteraksi dengan semua sumber belajar yang dipakai untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu pembelajran memusatkan pada bagaimana membelajarkan siswa dan bukan pada apa yang dipelajari siswa. Adapaun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum yakni mengenai apa isi dari pembelajran yang harus dipelajari siswa agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang dapat diperhatikan dalam mencapai pembelajaran adalah bagaiman cara menggorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada dan dapat berfungsi secara optimal.
Berikut ini definisi tentang perencanaan pembelajaran menurut para ahli
a.       Ritchy
Ilmu yang merancang detail spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas penegetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok.
b.      Smith & Ragan
Proses sistematis dalam mengertikan prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pembelajaran. Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pemebelajaran ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pemebelajaran.
c.       Zook
Proses berfikir sistematis untuk mebantu pelajar memahami (belajar)
d.      Ibrahim
Kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pembelejaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan, serta alat atau media apa yang diperlukan.
e.       Banghart dan Trull
Proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
f.       Toeti Sukamto
Pengembangan pembelajran yang merupakan sebgai sistem yang akan terintegrasi dan terdiri dari beberapa unsur yang salin berinteraksi.
g.      Nana Sudjana
Kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajarn sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis.

selengkapnya email ke : http//seputaresde.blogspot.com

SKRIPSI : PTK IPA Metode Eksperimen

SKRIPSI : PTK IPA Metode Eksperimen


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
TENTANG ENERGI PANAS DALAM PEMBELAJARAN IPA
MELALUI METODE EKSPERIMEN

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cibunar 01
Kabupaten Garut)


Oleh:
................................................
NIM. ......................................


ABSTRAK

Hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri Cibunar 01 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut menunjukkan hasil yang belum menggembirakan. Pencapaian hasil belajar yang tidak maksimal dalam pembelajaran IPA, salah satunya diakibatkan oleh ketidaktepatan dalam penggunaan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru. Salah satu metode yang dapat dijadikan alternatif adalah dengan menggunakan metode eksperimen.   Penelitian dilakukan berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi di kelas yaitu hasil belajar siswa belum mencapai target yang diharapkan. Sebagai gambaran nilai IPA rata-rata tes harian semester I Tahun Pelajaran 2009 – 2010 pada siswa sebesar 5,5. Rendahnya hasil belajar siswa ini tidak terlepas dari proses belajar mengajar yang diselenggarakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang energi panas setelah diterapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, dengan tindakan yang dilakukan sebanyak dua siklus. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes dan lembar observasi guru/siswa. Subyek penelitian adalah siswa Kelas IV SDN Cibunar 01 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut yang berjumlah 30 siswa. Perencanaan yang dilakukan meliputi penuyusunan RPP, menyiapkan lembar observasi, dan mempersiapkan alat eksperimen. Pelaksanaan metode eksperimen dimulai dari penyiapan alat eksperimen, pelaksanaan eksperimen, pelaporan hasil eksperimen, dan diskusi. Hasil penelitian dengan metode eksperimen menunjukan perbedaan nilai gain pada setiap siklus yang dilakukan. Pada Siklus I gain yang diperoleh adalah 3,44, dan pada Siklus II gain yang diperoleh adalah 3,60. Kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen adalah, keterbatasan alat eksperimen, kebiasaan metode yang diterapkan guru yang konvensional, waktu pelaksanaan metode eksperimen yang  sulit diprediksi, dan kemampuan guru dalam pelaksanaan eksperimen yang terbatas.

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Sebuah permasalahan yang terjadi dan dihadapi pada dunia pendidikan kita, adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Yang terjadi pada saat ini rata-rata dalam proses pembelajarannya di dalam kelas, seorang anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas, guru atau pendidik kebanyakan hanya mengarahkan anak untuk mampu menghapal berbagai informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik dinyatakan lulus – karena nilai sesuai  standar minimal – dari suatu jenjang pendidikan di sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aflikasi atau penerapan. ......


BAB II
METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA
DAN HASIL BELAJAR

A.    Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne dalam Sagala, 2010: 13). Sedangkan menurut Skinner (dalam Sagala, 2010: 14) “belajar adalah suatu proses adaftasi atau penyesuauan tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.
Menurut Gagne (dalam Sagala, 2010: 13) belajar memiliki tiga pokok diantaranya :
1.      Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktifitas pikiran dan perasaan;
2.      Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotor maupun afektif;
3.      Belajar berkat pengalaman, baik pengalaman secara langsung maupun tidak langsung (melalui media).
 ....................................... dst..



Selengkapnya hubungi via email ke : ginacomp.74@gmail.com 

TEMPAT DAN JADWAL UJI KOMPETENSI GURU 2012

TEMPAT DAN JADWAL UJI KOMPETENSI GURU 2012

Kesibukan para pendidik khususnya yang telah mendapat sertifikasi guru dari angkatan tahun pertama hingga tahun terakhir semakin disibukan saja dengan persiapan menghadapi Uji Kompetensi Guru. Tidak sedikit dari air muka mereka terlihat kecemasan. Kecemasan dan kekhawatiran ini didasari dari pola ujian yang menggunakan sistem online. Otomatis semua materi ujian dijalankan melalui perangkat komputer yang terintegrasi langsung ke satu koordinat yaitu langsung berhadapan dengan induk satuan tugasnya. Tidak ada pilihan bagi mereka kecuali harus mampu menjalankan komputer, walaupun tidak bisa atau belum pernah menggunakan komputer.
Adapun sistem yang digunakan untuk pelaksanaannya pun telah ditata oleh Kemdiknas yang dapat diunggah dan dilihat disitusnya LIHAT DISINI. Dengan adanya penataan secara online ini akan sangat banyak membantu persiapan para guru untuk menghadapi ujian kompetensi tersebut. Inilah yang namanya era keterbukaan informasi. Informasi yang langsung tertuang dalam situsnya itu merupakan hasil penataan yang sudah tersaji dan mudah untuk dilihat, dibaca dan diunggahnya.
Namun apapun kemudahan fasilitas untuk persiapan uji kompetensi ini tetap keberhasilannya bermuara pada sumber daya manusia para guru selaku peserta ujian kompetensi itu sendiri. Karena dari fakta dilapangan mengatakan bahwa tidak sedikit dari para guru itu yang masih belum bisa menggunakan perangkat komputer. Ini akan menjadi kendala tersendiri kalau tidak segera dicarikan solusinya. Kendala yang dihadapi lumayan njelimet, enteng-enteng susah. Entengnya para guru bisa dihimbau untuk segera belajar atau memahami dan mempelajari cara menjalankan aflikasi uji kompetensi online. Aflikasi yang dapat dijabarkan dalam tutorial yang secara bersama-sama dipelajari dalam forum-forum yang tertata dan terjadwalkan. Manfaatkan kelompok-kelompok kerja guru yang biasanya dimasing-masing satuan tugas UPTD Pendidikan telah terbentuk untuk memberikan pembekalan tutorial aflikasi tersebut. Atau bisa juga dengan diklat kilat pembekalan tutorial yang bersifat insindentil, menjelang pelaksanaan ujian dilaksanakan. Susahnya terdapat pada faktor usia para guru yang rata-rata tidak bisa menggunakan komputer berusia cukup berumur. Usia dimana otak sangat sukar untuk menerima lagi beban seperti menjalankan aflikasi pada komputer. Namun kalau pemerintah dalam hal ini Kemdikbud dapat menata sedemikian rupa materi dan aflikasi uji kompetensi guru, sudah barang tentu pemerintah juga sudah memikirkan kendala-kendala seperti di atas tadi. Apa dan bagaimana solusinya kita lihat saja pada pelaksanaannya nanti. Semoga saja semua berjalan dengan lancar dan hal-hal yang dihawatirkan oleh para guru yang belum bisa menggunakan komputer bisa diatasi.
Semoga bermanfaan, untuk Jadwal dan Tempat Pelaskaan dapat diunduh DISINI
Proposal PTK SD Metode Alat Peraga

Proposal PTK SD Metode Alat Peraga


  1. JUDUL
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI   MENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI MALANGBONG 5 DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

  1. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah adalah motivasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi berkorelasi dengan hasil belajar yang baik, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah ini. Jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan bahwa prestasi belajar siswa juga akan meningkat.
Strategi meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA  sering menjadi masalah tersendiri bagi para guru karena terdapat banyak faktor - baik internal maupun eksternal - yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Guru menerapkan prinsip-prinsip motivasi belajar siswa dalam desain pembelajaran, yaitu ketika memilih strategi dan metode pembelajaran.  Pemilihan strategi dan metode tertentu ini akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa.
SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) TAHUN 2012

SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) TAHUN 2012

Ujian Kompetensi Guru (UKG) bagi guru yang telah di sertifikasi tahun 2012 kali ini akan dilaksanakan secara online. Ujian model begini tentu merupakan hal bari bagi para guru, apalagi kalau guru tersebut belum bisa menggunakan komputer sama sekali atau istilahnya "gaptek" (gagap teknologi).
Angkanya pun tidak sedikit. Para pendidik yang belum bisa menggunakan komputer ini jumlah sangat banyak, kalau boleh dikatakan mungkin hampir sebagian besar terutama didaerah atau dipelosok pedesaan, jumlahnya akan jauh lebih banyak lagi. Hal ini tak lepas dari beberapa faktor yang dianggap klasik. Mengapa demikian? Tentu saja faktor yang paling elementer adalah karena penggunaan komputer untuk di wilayah-wilayah sebagian besar di Indonesia masih dianggap belum terlalu urgent untuk digunakan. Apalagi pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan komputer masih bisa dikerjakannya dengan memanfaatkan jasa pengetikan yang tersedia di daerah sekitar mereka. 


Untuk kebutuhan komputer di sekolah-sekolah pun  masih jauh dari standar kebutuhan yang memadai. Walaupun pemerintah dengan percaya dirinya telah menganggap bahwa anggaran pendidikan untuk tahun ini sudah melebihi target 20% dana APBN. Namun rupanya perlu dikaji ulang angka tersesbut kalau melihat fakta dilapangan dewasa ini. Belum lagi SDM dari sebagian besar para guru tersebut walaupun saat ini tengah digalakan sertifikasi guru secara besar-besaran yang menggunakan dana APBN yang tidak sedikit itu.
Seperti halnya saat ini yang tengah hangat dibicaran dengan adanya Ujian Kompetensi Guru (UKG) dengan cara online. Disamping ujian ini akan menggunakan dana yang tidak sedikit juga akan menggunakan waktu yang tidak sedikit pula, mengingat hal ini tidak lepas dari jumlah guru yang bisa menggunakan komputer jumlahnya cukup siginifikan. 


Soal Uji Kompetensi yang tersaji secara online memang banyak kelebihan daripada uji kompetensi yang dilaksanakan secara ofline. Soal yang tersaji secara komputerisasi dapat menjamin keberlangsungan ujian secara jujur. Angka kecurangan ujian dapat diminimalisir. Untuk yang suka nyontekpun akan sangat kesulitan  mengingat ujian secara online dari peserta yang satu dengan peserta yang lain walaupun duduknya berdekatan, biasanya akan dilakukan halaman acak. Kecil kemungkingan bisa saling mencontek.

Kita oftimis saja, mudah-mudahan para guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tersesbut, bisa melalui ujian tersebut. Semoga saja kecemasan sebagian besar guru yang belum memiliki kemampuan menggunakan komputer akan terbantu dengan banyaknya sumber informasi yang  tersebar dimana-mana, apalagi kalau informasi dari internet, sangat membantu. Sebagai referensi untuk persiapan saya mencoba untuk memberikan link contoh soal dan Kisi-kisi UKG nya KLIK DISINI semoga bermanfaat.

Bagi yang merasa artikel ini bermanfaat dan ingin mengcopy-nya mohon untuk mencantumkan sumbernya http://seputaresde.blogspot.com

Pelajar Indonesia Suka Tawuran?

Pelajar Indonesia Suka Tawuran?


Menurut survey dari sebuah lembaga pemerintahan mengenai kenakalan remaja dewasa ini sungguh menunjukkan angka yang signifikan. Terutama untuk kenakalan remaja yang mengarah kepada kekerasan seperti misalnya tawuran antar pelajar. Angka untuk enam bulan terakhir saja sudah menyentuh anga 300 an kasus tawuran antar pelajar. Sungguh angka yang mengerikan untuk ukuran Indonesia yang merupakan negara yang mayoritas penduduknya sangat menjunjung budaya anti kekerasan. Angka yang ironis bagi sebuah bangsa yang memiliki budaya tepo seliro, budaya timur yang menjunjung nilai-nilai leluhur yang bernorma agama yang agung. Namun kenyataan yang ada saat ini jika melihat angka di atas untuk kasus tawuran antar pelajar, miris rasanya kita ini. 

Lantas apa yang membuat semua ini bisa terjadi? Adakah solusinya untuk mengatasi masalah tersebut? Siapakah yang bersalah untuk semua ini? Atau pertanyaan-pertanyaan lain yang nampaknya pertanyaan-pertanyaan ini akan terlintas dalam pikiran semua orang. Kaum agamawan, pelajar, kalangan mahasiswa, para pendidik, pengangguran seperti saya ini pun mungkin dalam benaknya memiliki pertanyaan dan pemikiran yang sama untuk mengentaskan permasalahan tersebut.
LAPORAN PTK IPA SD: METODE INKUIRI

LAPORAN PTK IPA SD: METODE INKUIRI


LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA TOPIK ENERGI LISTRIK PADA SISWA KELAS VI
SDN SAKAWAYANA 02 KABUPATEN GARUT

 (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VI
SD Negeri Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut).






Oleh:
.................................................
NIP. ......................




SD NEGERI ........................
KECAMATAN MALANGBONG
KABUPATEN GARUT
JAWA BARAT
2011



PENGESAHAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG TOPIK ENERGI LISTRIK MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI
SDN SAKAWAYANA 02 KABUPATEN GARUT
 (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VI SD Negeri Sakawayana 02
Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut)



Oleh
..................................
NIP. ....................................





Mengesahkan,


Pengawas TK/SD






..................................
NIP. ...........................

Kolaborator/ Wakil Kepala Sekolah,






.............................................
NIP. ...............................







UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG TOPIK ENERGI LISTRIK MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

SDN SAKAWAYANA 02 KABUPATEN GARUT

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VI SD Negeri Sakawayana 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut)

Oleh:
.....................................
NIP. .............................

ABSTRAK


 
UUSP No 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, ini artinya proses pendidikan di sekolah tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan dan untung-untungan, tetapi merupakan suatu proses yang harus dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan dan hasil belajar, baik tujuan kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa.