Pelaksanaan uji kompetensi online (UKG) di beberapa daerah makin memperkuat dugaan ketidaksiapan pemerintah untuk melaksanakan ujian ini. Padahal pelaksanaan ujian UKG menelan dana yang tidak sedikit. Pelaksanaan ujian UKG kali ini terkesan dipaksakan dan tergesa-gesa. Bayangkan saja para guru dalam minggu-minggu ini harus pontang-panting untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Persiapan yang dinilai cukup sempit ini spontan membuat sebagian guru kalang kabut, apalagi bagi guru yang berkedudukan di daerah, seperti misalkan di Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut. Tidak sedikit diantara guru yang belum siap untuk berhadapan dengan uji kompetensi yang dilakukan secara online. Mereka harus mencari-cari informasi tentang materi dan aflikasi ujian online UKG. Untungnya beberapa situs yang didapat, ada yang menyajikan simulasi uji kompetensi online yang dapat diunduh secara gratis dan bebas.
Disitusnya, disana diurai secara detail bagaimana bentuk aflikasi uji kompetensi secara online, walaupun sumber siempunya situs memberitahukan tentang predikisinya itu bukan dari kemendikbud sendiri. Itu hanya kreatifitas sang pembuat situs yang saya nilai sangat piawai dalam membuat simulasi tersebut. Situsnya sendiri menawarkan solusi kepada para guru untuk mempelajari sejak dini aflikasi yang akan digunakan oleh kemdikbud dalam UKG online nanti. Dengan catatan simulasi itu bukan aflikasi yang 100% sama yang akan digunakan oleh kemdikbud pada UKG secara nyata. Simulasinya dapat diunduh DISINI. Namun simulasi ini paling tidak dapat membantu permasalahan bagi guru yang selama ini belum siap untuk menghadapi ujian online tersbut karena terkendala non teknis.
Kendala non teknis yang paling banyak dihadapi adalah sumber daya manusianya, semisal ada yang belum bisa menggunakan komputer. Hal ini berpengaruh kepada pelaksanaan ujian online yang sebenarnya dapat diminimalisir kalau pemerintah dengan sepenuh hati mempersiapkan ujian UKG. Bisa dengan simulasi ujian online yang disosialisasikan secara terkoodinir melalui UPTD yang tersebar di setiap kecamatan, saya rasa itu dapat mengatasi kendala non teknis tadi. Bukan malah yang inisiatif orang-orang seperti di situs tadi. Kalau simulasi yang dia buat itu benar, mungkin banyak guru akan terbantu oleh kreatifitasnya. Tapi jikalau simulasinya ternyata meleset bagaimana jadinya? Mudah-mudahan saja tidak terjadi hal sedemikian rupa.
Ada juga persoalan teknis yang terjadi selama ujian ini berlangsung terhitung sejak dimulainya jadwal UKG bergulir. Sampai-sampai ada pihak-pihak yang menolak dilakukannya uji kompetensi dengan beberapa alasan. Termasuk organisasi terbesar yang menaungi para guru yaitu PGRI. Dengan lantang PGRI menyerukan untuk menolak diadakannya UKG perlu ada evaluasi menyeluruh, jangan dibiasakan oleh pemerintah untuk memaksakan program yang belum matang sepereti ini. Kasihan yang korban para guru yang sudah harus terganggu banyak waktu dan fikirannya hanya hal-hal seperti itu. "Para guru ini hadir dengan biaya sendiri. Ada yang dari luar kota dan menginap. Kasihan, kan guru ini sudah menjalankan kewajibannya untuk hadir, tetapi tidak bisa ujian karena kendala teknis yang semestinya sudah diperhitungkan jauh-jauh hari oleh pemerintah," ujar salah seorang guru yang sedikti kesal dengan kondisi yang ada.
Seyogyanya perlu diambil kebijakan dan kearifan dari pemerintah,dalam hal ini Kembikbud. Ujian Kompetensi itu tidak salah, bahkan untuk bertujuan yang positif ingin meningkatkan kompetensi guru terutama yang sudah dapat labelisasi sertifikat. Namun kalau pelaksanaannya masih seperti itu jadinya seperti ini. Yang rugi semua pihak. Apalagi UKG ini diadakan dipastikan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jangan sampai ada pihak yang memanfaatkan proyek ini untuk kepentingan terselubung seperti yang sudah banyak diterjadi di negeri ini. Naudzubillah. (ros/mlb)